
Setiap tahun, jutaan perempuan di dunia mempertimbangkan aborsi karena berbagai alasan, mulai dari kehamilan tidak direncanakan hingga risiko kesehatan. Namun, masih banyak yang belum memahami perbedaan antara aborsi aman dan praktik berbahaya yang mengancam nyawa.
Menurut WHO, sekitar 45% aborsi dilakukan dengan metode tidak aman, menyebabkan komplikasi serius hingga kematian. Di Indonesia, meski aborsi dibatasi oleh hukum, masih banyak yang mencari alternatif berisiko karena kurangnya akses informasi.
Artikel ini akan membahas:
✔ Definisi aborsi aman vs. tidak aman.
✔ Metode medis yang direkomendasikan.
✔ Risiko aborsi dan dampak kesehatan.
✔ Legalitas di Indonesia.
✔ Dukungan psikologis & alternatif lain.
Tujuannya? Memberikan panduan objektif agar kamu bisa mengambil keputusan dengan bijak.
Daftar Isi
1. Aborsi Aman vs. Tidak Aman: Apa Bedanya?
A. Apa Itu Aborsi Aman?
Aborsi aman adalah prosedur penghentian kehamilan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih, menggunakan metode yang disetujui WHO, seperti:
-
Aborsi medis (menggunakan obat).
-
Aborsi bedah (prosedur klinis seperti vacuum aspiration).
Kriteria aborsi aman meliputi:
✅ Dilakukan di fasilitas kesehatan berizin.
✅ Menggunakan protokol medis yang benar.
✅ Mempertimbangkan usia kehamilan (biasanya di bawah 12 minggu lebih aman).
B. Aborsi Tidak Aman & Bahayanya
Aborsi tidak aman merujuk pada praktik yang dilakukan tanpa pengawasan medis, seperti:
-
Minum jamu atau obat tanpa resep dokter.
-
Metode tradisional (pijat keras, penggunaan alat tajam).
-
Layanan aborsi ilegal tanpa standar kebersihan.
Risiko aborsi tidak aman meliputi:
❌ Infeksi rahim & sepsis.
❌ Perdarahan hebat hingga syok.
❌ Kerusakan organ reproduksi (infertilitas).
❌ Kematian (menurut WHO, 7 juta perempuan dirawat tiap tahun akibat komplikasi).
Fakta WHO:
“Setiap tahun, sekitar 22.800 perempuan meninggal karena aborsi tidak aman, sebagian besar terjadi di negara dengan hukum ketat.” Sumber: WHO
2. Metode Aborsi Aman yang Direkomendasikan
A. Aborsi Medis (Menggunakan Obat)
Metode ini efektif untuk kehamilan di bawah 10 minggu dengan kombinasi obat:
-
Mifepristone: Memblokir hormon progesteron untuk menghentikan kehamilan.
-
Misoprostol: Merangsang kontraksi rahim untuk mengeluarkan jaringan.
Proses & Efek Samping:
✔ Perdarahan & kram (normal dalam 24-48 jam).
✔ Demam ringan atau mual (sementara).
🚨 Segera ke dokter jika:
-
Perdarahan sangat berat (ganti pembalut tiap 1 jam).
-
Demam tinggi (>38°C) lebih dari 24 jam.
B. Aborsi Bedah (Prosedur Klinis)
Untuk kehamilan lebih dari 10 minggu, metode bedah lebih direkomendasikan:
1. Vacuum Aspiration
-
Menggunakan alat hisap untuk mengeluarkan jaringan janin.
-
Prosedur cepat (10-15 menit) dengan bius lokal.
2. Dilation & Curettage (D&C)
-
Dilakukan di rumah sakit dengan anestesi.
-
Membutuhkan pemulihan 1-2 hari.
Pemulihan Pasca-Aborsi:
-
Istirahat 1-2 hari.
-
Hindari hubungan intim selama 2 minggu.
-
Kontrol ke dokter untuk memastikan tidak ada komplikasi.
Referensi Medis:
*”Aborsi medis memiliki tingkat keberhasilan 95-98% jika dilakukan sebelum 10 minggu.”* Sumber: Mayo Clinic
3. Risiko Aborsi & Cara Meminimalkannya
A. Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Meski aborsi aman relatif rendah risiko, beberapa efek samping bisa muncul:
-
Perdarahan (lebih lama dari menstruasi biasa).
-
Infeksi (jika alat tidak steril).
-
Sisa jaringan (butuh prosedur lanjutan).
B. Kapan Harus Khawatir?
🚨 Tanda Darurat:
-
Nyeri perut parah tak kunjung reda.
-
Perdarahan lebih dari 2 pembalut per jam.
-
Keluar cairan berbau busuk (tanda infeksi).
C. Tips Meminimalkan Risiko
✔ Pastikan layanan legal & bersertifikasi (cek izin klinik).
✔ Lakukan konsultasi dokter sebelum memutuskan.
✔ Hindari obat aborsi online tanpa resep.
4. Hukum Aborsi di Indonesia
A. Kapan Aborsi Diperbolehkan?
Berdasarkan UU Kesehatan No. 36/2009 dan Permenkes No. 3/2016, aborsi hanya legal dalam kondisi:
-
Kehamilan akibat pemerkosaan (dengan bukti laporan polisi).
-
Ancaman nyawa ibu (harus ada rekomendasi dokter).
B. Sanksi untuk Aborsi Ilegal
-
Pelaku & tenaga medis ilegal bisa dipidana (KUHP Pasal 299).
-
Pasien bisa dikenakan sanksi sosial atau hukum.
C. Akses Layanan Aman
-
RS pemerintah & klinik bersertifikasi (misal: PKBI).
-
Konseling pra-aborsi wajib untuk memastikan keputusan sadar.
Sumber Hukum:
“Di Indonesia, aborsi di luar ketentuan UU bisa dihukum hingga 10 tahun penjara.” Sumber: Kemenkes RI
5. Dukungan Psikologis & Alternatif Selain Aborsi
A. Dampak Emosional Pasca-Aborsi
Reaksi setiap orang berbeda:
-
Perasaan lega (jika kehamilan tidak diinginkan).
-
Sedih/bersalah (butuh dukungan psikologis).
B. Layanan Konseling
-
Hotline PKBI: 0857-1333-4551.
-
Klinik kesehatan mental (RS Jiwa terdekat).
C. Opsi Lain Jika Ragu
-
Program adopsi (lewat lembaga resmi).
-
Bantuan kehamilan (komunitas seperti Lentera Surabaya).
FAQ (Pertanyaan Umum)
1. “Apakah aborsi menyebabkan mandul?”
Tidak, jika dilakukan dengan metode aman. Risiko infertilitas biasanya akibat infeksi dari aborsi tidak aman.
2. “Bagaimana jika tidak ada akses aborsi legal?”
Cari bantuan organisasi seperti Women on Web (konseling online) atau hubungi PKBI.
3. “Kapan bisa hamil lagi setelah aborsi?”
Ovulasi bisa terjadi dalam 2-4 minggu, tetapi disarankan pakai kontrasepsi jika belum siap.
Kesimpulan
Memahami aborsi aman dan risiko aborsi adalah langkah penting sebelum mengambil keputungan. Selalu prioritaskan:
✔ Konsultasi dokter untuk pilihan terbaik.
✔ Hindari praktik ilegal yang membahayakan nyawa.
✔ Cari dukungan psikologis jika dibutuhkan.
Jika kamu atau orang terdekat sedang menghadapi situasi ini, ingat: kesehatan dan keselamatan adalah yang utama.
📌 Butuh bantuan?
-
Klinik resmi: Cek daftar di Situs Kemenkes.
-
Konseling gratis: Hubungi PKBI atau Yayasan Pulih.